TEH KOMBUCHA (KOMBUCHA TEA)
Sejarah Teh Kombucha (Kombucha Tea)
Kata kombucha diambil dari sebuah cerita pada zaman kekaisaran jepang yaitu Kaisar Inkyo yang menderita sakit sembelit selama bertahun – tahun, sang Kaisar sangat tersiksa karena harus memerintah kerajaan dalam keadaan menderita sakit yang tak kunjung sembuh. Kemudian pada tahun 414 M, seorang tabib Korea bernama Kombu menemukan ramuan ajaib yang berhasil menyembuhkan penyakitnya. Lalu ramuan ajaib tersebut diberi nama “Kombucha”, kata “kombu” diambil dari nama si tabib tadi dan “cha” yang artinya adalah teh. Di berbagai daerah dan Negara nama Kombucha tea disebut juga dengan manchurian tea mushrom, fungus japonicum, olinka, kargasok tea, tea kwas, heldenpise, olga tea, atau mogu tea. Sedangkan di jawa orang biasa menyebutnya dengan jamur dipo atau jamur super.
Teh kombucha di yakini telah dikenal lebih dari 2.000 tahun lalu. Ramuan ini diperkirakan berasal dari daerah Siberia bagian selatan, tepatnya daerah bernama Kargasok yang berbatasan dengan Cina. Penduduk kargasok berumur panjang (rata-rata lebih dari 100 tahun), tetap aktif dan selalu tampak sehat. Para peneliti juga mendapati, hampir tidak ditemukan penyakit kanker diantara penduduk Kargasok yang rajin mengkonsumsi kombucha sebagai minuman sehari – hari. Dari sini kombucha kemudian menyebar ke Cina terutama Manchuria, sehingga dikenal dengan nama manchurian tea mushrom. Melalui perdagangan jalur sutera, ia dibawa ke Asia Tengah, Asia Barat, dan Eropa. Hingga kini kombucha tea telah dikenal di berbagai Negara dan karena khasiatnya yang luar biasa tersebut banyak memunculkan penelitian – penelitian yang dilakukan oleh para dokter spesialis.
Dulu kombucha tea sangat popular dan terkenal, tapi pada saat perang dunia jamur kombucha tersebut sempat kehilangan popularitas karena kekurangan pasokan teh dan gula pada masa itu. Dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, kini kombucha tea mulai di gemari kembali oleh masyarakat.
Kombucha tea masuk ke Indonesia pertama kali karena dibawa oleh seorang penerbang yang tinggal di Ujung Pandang, dengan tujuan untuk mengobati kedua orang tuanya yang menderita stroke, kelumpuhan dan menderita penyakit gula kronis. Ternyata setelah mengkonsumsi Kombucha tersebut, mereka berhasil disembuhkan. Sejak saat itu, Kombucha mulai dibudidayakan dan dikembangkan di Indonesia (Suprapti, 2003).
Banyak masyarakat Indonesia belum mengetahui dan mengenal kombucha. Bahkan, mungkin mendengar namanya pun masih asing. Padahal, pemanfaatan kombucha tea untuk pengobatan sudah cukup lama diterapkan di Indonesia, yakni decade 1930-an. Kombucha atau sering disebut teh kombu adalah larutan hasil fermentasi atau hasil peragian larutan teh, gula dan “jamur” kombu (Naland, 2004).
Teh kombucha di yakini telah dikenal lebih dari 2.000 tahun lalu. Ramuan ini diperkirakan berasal dari daerah Siberia bagian selatan, tepatnya daerah bernama Kargasok yang berbatasan dengan Cina. Penduduk kargasok berumur panjang (rata-rata lebih dari 100 tahun), tetap aktif dan selalu tampak sehat. Para peneliti juga mendapati, hampir tidak ditemukan penyakit kanker diantara penduduk Kargasok yang rajin mengkonsumsi kombucha sebagai minuman sehari – hari. Dari sini kombucha kemudian menyebar ke Cina terutama Manchuria, sehingga dikenal dengan nama manchurian tea mushrom. Melalui perdagangan jalur sutera, ia dibawa ke Asia Tengah, Asia Barat, dan Eropa. Hingga kini kombucha tea telah dikenal di berbagai Negara dan karena khasiatnya yang luar biasa tersebut banyak memunculkan penelitian – penelitian yang dilakukan oleh para dokter spesialis.
Dulu kombucha tea sangat popular dan terkenal, tapi pada saat perang dunia jamur kombucha tersebut sempat kehilangan popularitas karena kekurangan pasokan teh dan gula pada masa itu. Dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, kini kombucha tea mulai di gemari kembali oleh masyarakat.
Kombucha tea masuk ke Indonesia pertama kali karena dibawa oleh seorang penerbang yang tinggal di Ujung Pandang, dengan tujuan untuk mengobati kedua orang tuanya yang menderita stroke, kelumpuhan dan menderita penyakit gula kronis. Ternyata setelah mengkonsumsi Kombucha tersebut, mereka berhasil disembuhkan. Sejak saat itu, Kombucha mulai dibudidayakan dan dikembangkan di Indonesia (Suprapti, 2003).
Banyak masyarakat Indonesia belum mengetahui dan mengenal kombucha. Bahkan, mungkin mendengar namanya pun masih asing. Padahal, pemanfaatan kombucha tea untuk pengobatan sudah cukup lama diterapkan di Indonesia, yakni decade 1930-an. Kombucha atau sering disebut teh kombu adalah larutan hasil fermentasi atau hasil peragian larutan teh, gula dan “jamur” kombu (Naland, 2004).
Apa Itu Teh Kombucha?
Bagi Anda yang baru pertama kali mendengar nama kombucha tea, mungkin bertanya – tanya, apa itu kombucha tea? dan apa bedanya teh kombucha dengan teh yang biasa di minum oleh kebanyakan orang itu?
Minuman kesehatan teh kombucha itu sebenarnya teh juga, teh yang biasa di minum oleh kebanyakan orang, tapi mendapat pengolahan tambahan berupa proses peragian atau fermentasi menggunakan jamur kombucha. Proses peragiannya mirip dengan proses penciptaan yoghurt, yang dihasilkan dari fermentasi susu dengan bibit ragi yoghurt.
Jamur kombucha sendiri bukan jamur beneran. Ia koloni dari hasil simbiosis antara ragi dan berbagai bakteri, yang dikenal dengan singkatan “scoby” (symbiotic colony of bacteries and yeasts). Jamur itu akan mengolah air teh gula, sehingga menghasilkan zat-zat atau senyawa yang berguna bagi kesehatan tubuh. Larutan kombucha juga mengandung beragam bakteri dan ragi hidup yang juga memiliki banyak manfaat.
Jamur kombucha (jamur dipo / jamur super) yaitu membran jaringan jamur yang berbentuk piringan datar yang bersifat gelatinoid dan liat, jamur tersebut hidup dalam larutan nutrisi teh dan gula (teh manis) yang akan tumbuh secara berulang sehingga membentuk susunan piringan berlapis. Piringan pertama akan tumbuh pada lapisan paling atas yang akan memenuhi lapisan, kemudian disusul oleh pertumbuhan piringan berlapis-lapis dibawahnya yang akan menebal. Bila dirawat secara benar, maka jamur ini akan tumbuh pesat dan sehat, sehingga akan hidup sepanjang umur pemiliknya secara turun temurun.
Kombucha tea merupakan produk minuman tradisional hasil fermentasi larutan teh dan gula dengan menggunakan starter mikroba kombucha yang di fermentasi selama 7 – 14 hari. Kombucha tea (teh kombucha) adalah ramuan minuman kuno yeng merupakan hasil simbiosis murni dari bakteri dan ragi kombucha. Pada jaman dulu teh kombucha sering di gunakan untuk menyembuhkan segala macam jenis penyakit dan banyak di gunakan di setiap rumah tangga di berbagai negara karena rasanya yang segar dan sangat bermanfaat bagi tubuh.
Selama proses fermentasi dan oksidasi berlangsung, terjadi bermacam – macam reaksi pada larutan teh manis secara asimilatif dan disimilatif. Jamur teh memakan gula, dan sebagai gantinya memproduksi zat – zat bermanfaat dalam minuman tersebut seperti asam glukuronat, asam laktat, vitamin, asam amino, antibiotik, serta masih banyak lagi zat – zat yang lain. Maka dari itu, jamur kombucha ini bagaikan sebuah pabrik biokimia mini.
Cara Membuat Teh Kombucha
Teh jamur ini mempunyai daya hidup tinggi dan mudah berkembang biak sehingga tidak di perlukan perawatan khusus. Minuman kombucha dapat dibuat sendiri dengan biaya murah. Karena jamur senantiasa tumbuh secara berlapis, minuman bisa dibuat dengan sepotong membran jamur-teh dan membiarkan ramuan sehat ini berkembang sendiri. Pembibitannya tidak sulit jika diketahui caranya. Sejak zaman dahulu, minuman Kombucha dipersiapkan di rumah dan dibagi-bagikan kepada sanak-saudara dan kerabat sebagai tanda persahabatan serta gotong royong. Berikut langkah - langkah mudah cara membuat, merawat dan cara memanen teh kombucha :
- Buat teh seperti biasa, untuk perliter air tambahkan 2 sdt teh hijau/hitam (bisa juga teh celup) ke dalam air yang baru mendidih. Biarkan hingga ± 15 menit kemudian saring teh tersebut untuk memisahkan ampasnya.
- Tambahkan gula pasir sebanyak 5 sendok makan untuk perliter air kemudian aduk hingga larut. (takaran gula dan teh sama seperti kita membuat teh untuk di minum, jadi ukurannya bisa di sesuaikan dengan selera kita).
- Diamkan air teh tersebut hingga dingin atau sama dengan temperatur ruangan. (kombucha tea akan mati jika berada dalam cairan yang panas).
- Jika air teh sudah dingin, tuangkan air teh tersebut kedalam toples yang berisi jamur kombucha.
- Tutup rapat toples yang berisi jamur dengan kain biar udara mengalir bebas kemudian ikat mulut toples dengan karet agar semut, lalat, nyamuk atau kotoran lain tidak masuk kedalam toples.
- Simpan toples yang berisi jamur di tempat yang teduh dan jangan sampai kena sinar matahari langsung, jangan di pindah – pindah tempat untuk menghindari goncangan.
- Tunggu 7 hingga 14 hari untuk memaksimalkan proses fermentasi, semakin lama proses fermentasi akan semakin asam rasanya.
- Untuk mengambil air teh hasil fermentasi dari dalam toples anda siapkan gelas atau botol atau wadah yang berbahan seperti gelas yang polos (bening) dan tidak berwarna atau bergambar. Jangan taruh air teh hasil fermentasi ke dalam wadah yang berbahan plastik atau metal karena zat asam (acids) yang terbentuk akan bereaksi pada metal, selain itu wadah atau tempat yang ada warna atau gambarnya juga tidak boleh digunakan karena akan mudah larut dan bisa membahayakan.
- Tuangkan (saring) air teh hasil fermentasi dari dalam toples kedalam botol atau wadah yang anda siapkan tadi, dan ingat!!! sisakan kira – kira 10% dari isinya untuk keperluan fermentasi berikutnya.
- Kemudian botol yang berisi air teh hasil fermentasi tersebut anda panaskan atau taruh dalam kulkas untuk menghentikan proses fermentasi.
- Setelah selesai penyimpanan kemudian anda keluarkan jamur yang masih di dalam toples dan cuci dengan air bersih yang mengalir, jika sudah di cuci segera masukkan kembali ke dalam toplesnya.
- Setelah itu tambahkan teh manis kedalam toples yang berisi jamur, langkah – langkahnya seperti di awal tadi.
Tidak terlalu sulitkan bagaimana cara membuat teh kombucha itu? selamat mencoba.
Rahasia Dibalik Khasiat Teh Kombucha
Memanglah, Allah Swt tak pernah menciptakan sesuatu yang sia-sia. Bahkan jamur pun, yang biasanya hidup di atas kotoran, mengandung manfaat buat manusia. Termasuk untuk dikonsumsi sebagai obat. Jamur teh misalnya. Kombucha (cairan jamur teh) adalah salah satu probiotik yang mulai populer pada tahun 2002. Baik di negara-negara Asia seperti Indonesia, Malaysia dan China, maupun di negara-negara Eropa dan Amerika.
Ia dikenal di berbagai negara dengan nama antara lain: Tea fungus, Fungus japonicas, Fungojapon, Indo-Japanese tea fungus, Cembuya orientalis, Combuchu, Tschambucco, Volga spring, Mo-Gu, Champignon de longue vie, Tea Kvas, Teakwass, Kwassan, Kargasok Tea, Kocha kinoko, Manchurian mushroom tea. Focus, majalah mingguan Jerman, dalam edisi nomor 34/21 Agustus 1995, menyebutkan sejumlah selebritis dunia penggemar Kombucha. Di antaranya adalah artis Daryl Hannah, Linda Evans, Madonna, sutradara Oliver Stone, dan mantan presiden AS Ronald Reagan.
Khasiat
Majalah The American Raum & Zeit yang terbit di Munt Vernon, Amerika, dalam edisi nomor 5/Volume 2/1991, halaman 51-56, memaparkan khasiat teh Kombucha yang dikemukakan sejumlah ahli. Bacinskaja (1914), menyatakan bahwa minuman ini efektif untuk kegiatan perut serta usus, khususnya pada bagian pembuangan. Professor S. Bazarewski, dalam suatu laporan di “Correspondence for the Association of Nature Researchers in Riga” (1915), mengatakan bahwa sebagian penduduk Latvia di Propinsi Rusia Baltic, yaitu di Livland dan Kurland, mempunyai obat tradisional yang bernama “Brinum Ssene” yang secara harfiah diterjemahkan sebagai “Jamur Ajaib”. Penduduk Latvia menggambarkan jamur ini sebagai “Suatu kekuatan penyembuhan yang ajaib untuk berbagai macam penyakit”. Beberapa orang penduduk yang ditanyai oleh Bazarewski menyatakan bahwa jamur ini bisa menyembuhkan pusing kepala, bahkan `’sangat berguna dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit”.
Prof. B. Lindner (1917-1918) melaporkan bahwa jamur ini kebanyakan digunakan sebagai pengatur (regulator) atau untuk penyembuh aktivitas organ pencernaan yang kurang baik jalannya. Demikian juga halnya dengan pembengkakan disekitar dubur atau anus dapat disembuhkan seperti wasir atau ambei.
Ketua Councilor Prof. Dr. Rudolf Kobert (1917-18) mendapatkan bahwa “jamur ini juga, secara pasti, adalah obat untuk encok atau rematik pada persendian”. Demikian pula Prof. Dr. Wilhelm Henneberg (1926) melaporkan bahwa minuman yang dibuat dari jamur ini, yang di Rusia dinamai “Tea Kwass”, digunakan sebagai obat penyembuh berbagai penyakit, terutama untuk sembelit.
Sesuai dengan uraian Dr. Madaus didalam “Seni Penyembuhan secara Biologis” (1927), bahwa jamur tersebut dengan produk-produk metabolismenya, mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan dinding-dinding sel baru pada proses regenerasi sel, dan dengan begitu merupakan alat penyembuh yang sangat baik bagi arteriosclerosis atau pengerasan pembuluh darah yang disebabkan oleh endapan cholesterol maupun kapur.
Dr. Maxim Bing (1928) merekomendasikan Kombucha Tea sebagai “penyembuh efektif untuk Arteriosclerosis, gout serta gangguan alat-alat pencernaan. Dr E Arauner (1929) menyimpulkan: “… bisa dikatakan bahwa Kombucha atau ekstraknya, merupakan pencegah yang sangat bagus terhadap diabetes, namun khusus terhadap masalah ketuaan seperti arterioschlerosis, tekanan darah tinggi dengan konsekwensi pusing kepala, gout, hemorrhoids atau peradangan sekitar dubur. Paling tidak Kombucha ini adalah pelancar buang air besar yang bagus.” Hans Irion, Direktur dari Akademi Ilmu Kimia Negara yang tersohor di Braunschweig menyatakan dalam “Pelajaran untuk Ahli Farmasi Khusus” (1944, Vol. 2, hal. 405): “Dengan meminum minuman yang dinamai Teakwass, maka akan terjadi perubahan dalam penguatan kelenjar-kelenjar serta peningkatan metabolisme tubuh. Teakwass direkomendasikan sebagai penyembuh yang sangat bagus bagi penyakit-penyakit gout, rematik, furunkolosis, arterio-sclerosis, tekanan darah tinggi, kegelisahan atau nervousness, perbaikan alat-alat pencernaan serta pelancar buang air besar, serta berbagai macam penyakat penuaan….”
Ahli Penyembuh Alamiah A.J.Lodewijkx dari Ermelo, Netherlands, menulis tentang Kombucha dalam bukunya Life Without Cancer: “Jamur Teh Kombucha mushroom mempunyai unsur-unsur antiseptik yang kuat. Teh ini membersihkan system kelenjar tubuh serta meningkatkan system
pembuangan racun; asam uric dinetralisir dan dihilangkan oleh Kombucha tea. Maka dari itu, teh ini merupakan penyembuh yang sangat bagus bagi penyakit gout, rheumatik, arthritis, kidney stones atau batu ginjal, intestinal dysbacteria, terutama cancer pada tahap awal karena Kombucha mushroom akan menjadi unsur penghenti yang sangat kuat pada penyakit atau disebut sebagai endobionts….”
pembuangan racun; asam uric dinetralisir dan dihilangkan oleh Kombucha tea. Maka dari itu, teh ini merupakan penyembuh yang sangat bagus bagi penyakit gout, rheumatik, arthritis, kidney stones atau batu ginjal, intestinal dysbacteria, terutama cancer pada tahap awal karena Kombucha mushroom akan menjadi unsur penghenti yang sangat kuat pada penyakit atau disebut sebagai endobionts….”
Berlebihan
Menurut Dr Ernawati Sinaga MS Apt, sebagaimana dikutip Republika, klaim khasiat kombucha seperti di atas, cenderung berlebihan. Dari sudut ilmu kedokteran konvensional, klaim sebagai “obat dewa” atau obat segala penyakit seperti itu, jelas tidak dapat diterima. Bahkan, meminum Kombucha yang mengandung asam kuat dalam waktu lama, sebaiknya dihindari. Sebab, umumnya obat tradisional bekerja lebih lambat dan memerlukan waktu lebih panjang untuk menunjukkan efeknya. Dikhawatirkan, kecepatan perjalanan penyakit (untuk menjadi lebih
parah) lebih cepat daripada kecepatan obat ini untuk menyembuhkan. Meskipun bakteri dan ragi yang digunakan dalam pembuatan Kombucha tergolong tidak berbahaya, jika pemeliharaannya kurang bersih dan tidak hati-hati, dapat saja terkontaminasi mikroba berbahaya yang berasal dari udara, air atau kotoran yang masuk ke dalam kultur. Barangkali dengan pertimbangan-pertimbangan itulah, pada tahun 1995 US-FDA (United States Food and Drug Administration), yakni badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat, menyatakan tidak menyetujui penggunaan Kombucha untuk mengobati gangguan kesehatan apapun.
parah) lebih cepat daripada kecepatan obat ini untuk menyembuhkan. Meskipun bakteri dan ragi yang digunakan dalam pembuatan Kombucha tergolong tidak berbahaya, jika pemeliharaannya kurang bersih dan tidak hati-hati, dapat saja terkontaminasi mikroba berbahaya yang berasal dari udara, air atau kotoran yang masuk ke dalam kultur. Barangkali dengan pertimbangan-pertimbangan itulah, pada tahun 1995 US-FDA (United States Food and Drug Administration), yakni badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat, menyatakan tidak menyetujui penggunaan Kombucha untuk mengobati gangguan kesehatan apapun.
Minuman Injili?
Jamur teh ini konon sudah dikenal dan digunakan untuk pengobatan sejak zaman Kaisar Cina Dinasti Tsing pada tahun 221 SM. Bahkan sebuah cerita di Injil tentang `’minuman asam” yang terjadi sekitar 1000 tahun SM dimaknai sebagai kisah tentang teh Kombucha. Dalam Injil (Ruth 2 :14) diriwayatkan, tuan tanah Boas ketika panen gandum mengundang makan Moabite Ruth, yang kelak menjadi isterinya, dengan berkata, “Datanglah kemari dan makanlah roti serta celupkanlah sepotong dari rotimu ke dalam minuman asam ini! Kemudian dia duduk disamping para pengetam gandum; serta diberikannya gandum yang telah dimasak kepada Ruth yang kemudian memakannya dan terpuaskan, lalu pergilah Ruth”.
Nah, di jaman kuno tersebut, Kombucha dipercaya sebagai `’obat dewa” yang dapat membuat awet muda dan menyembuhkan segala macam penyakit. Lantaran itulah ia dinamakan “the Divine Tsche” atau “the remedy for immortality”.
Termasuk Mikol
Bagaimana status kehalalan the Kombucha? Sekadar mengingatkan, setidaknya ada empat persoalan dalam produk fermentasi yang mengakibatkan hasil akhirnya haram dikonsumsi.
Pertama, produk yang dihasilkan adalah haram, contohnya khamr atau minuman keras. Salah satu cirinya adalah terdapat kandungan alkohol. Kedua, menggunakan bahan-bahan yang haram sebagai media pertumbuhan mikroba. Ketiga, menggunakan bahan penolong seperti enzim atau sumber protein berasal dari barang yang haram. Keempat, penambahan bahan aditif haram pada produk yang dihasilkan dari fermentasi seperti gelatin dari babi untuk tujuan mengentalkan, mnghomogenkan dan menstabilkan yoghurt. Nah, dalam pembuatan Kombucha, selama proses fermentasi dan oksidasi, akan terjadi sejumlah reaksi pada larutan teh manis secara assimilatif dan dissimilatif. Jamur teh akan memakan gula, dan sebagai gantinya memproduksi berbagai unsur seperti glucuron acid, lactic-acid, vitamin, asam-asam amino, berbagai unsur antibiotik, serta unsur-unsur lain. Termasuk, ini dia: (etil) alkohol. Walhasil, teh Kombucha sejatinya tergolong minuman beralkohol, meskipun kadar alkoholnya rendah. Kalau sudah demikian, tidak perlu lagi ditanya soal kehalalannya.
Diambil dari berbagai sumber
TEH KOMBUCHA (KOMBUCHA TEA)
Reviewed by BUMI ANOA
on
4:08 PM
Rating:
No comments: