Kamus Online

PULAU SIOMPU TEMPAT WISATA UNIK

Pulau Siompu 

Pulau Siompu adalah salah satu pulau di wilayah Kabupaten Buton, provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia.Pulau kecil dengan luas sekitar 56 km persegi itu terletak di barat daya Pulau Buton, berpenduduk sekitar 18.000 jiwa. Hampir seluruh daratan Pulau Siompu merupakan susunan batu kapur yang keras dan tajam. Jika anda ingin menikmati wisata bahari dan budaya maka memilih Pulau Siompu merupakan pilihan yang bagus, di sekitar pulau ini juga terdapat titik-titk penyelaman. 

Dari gambar di atas nampak pulau Siompu yang agak besar, pulau Liwutongkidi yang kecil di tengah dan pulau Kadatua di sebelah utara Pulau Liwutongkidi. Ketiga pulau tersebut sangat penuh dengan keindahan panorama bawah laut yang sangat mengagunmkan bagi setiap para penyelam yang gemar menikmati panorama bawah laut.
 
Obyek wisata yang ada antara lain Pantai Kaewula'a, mata air Oentogo, gua alam dan juga benteng dari jaman penjajahan, hanya saja pengelolaannya yang masih belum maksimal. Buah Khas yang dihasilkan adalah Jeruk Manis Siompu, dapat anda nikmati pada bulan Juni - September, jeruk Siompu sudah sangat terkenal kemanisannya, hanya saja warna kuning kulitnya kurang merata. Produksi jeruk ini juga sudah mulai berkurang tidak seperti dahulu.

Jeruk Siompu Jangan Dibiarkan Punah

jeruk
Jeruk siompu memiliki keistimewaan. Jeruk keprok ini lebih manis dibandingkan dengan hampir semua jenis jeruk unggulan di Tanah Air. Kalau ikut kontes, jeruk siompu hanya jatuh pada aspek penampilan, terutama kulit, karena warna kuningnya tidak merata.
Akan tetapi, apalah artinya kulit, karena yang penting adalah isi. Kendati tidak secantik jeruk manis washington atau hamlin, jeruk siompu juga hampir selalu ikut disajikan di Istana Negara dalam acara-acara perjamuan resmi.
Sesuai karakteristiknya, jeruk siompu memang enak dimakan sebagai buah segar atau sebagai pencuci mulut setelah makan. Jeruk siompu kurang berair. Karena itu, jeruk siompu lebih cocok sebagai jeruk meja dan kurang memadai jika diperas airnya menjadi minuman segar (juice).

Adalah faktor alam belaka yang membuat jeruk siompu unggul dengan ciri-ciri lebih manis, kurang berair, kulitnya mudah dikupas, dan beraroma harum. Pasalnya, jeruk keprok itu nyaris tanpa sentuhan teknik budidaya mengingat berbagai keterbatasan yang masih disandang penanamnya.
Jeruk siompu merupakan tanaman tradisional penduduk Pulau Siompu di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Pulau kecil dengan luas sekitar 56 km persegi itu terletak di barat daya Pulau Buton, berpenduduk sekitar 18.000 jiwa. Hampir seluruh daratan Pulau Siompu merupakan susunan batu kapur yang keras dan tajam.
Tanpa lindungan hutan lebat —kecuali vegetasi khas pulau kapur yang umumnya tumbuhan perdu—daratan Pulau Siompu lebih merupakan sebuah onggokan karang yang menyembul ke permukaan laut dengan puncak tertinggi sekitar 100 meter.
Mendapat sinar matahari secara penuh sepanjang hari dan tumbuh di celah-celah batu kapur, merupakan jawaban mengapa tanaman jeruk siompu menghasilkan buah yang manis. Uniknya, bibit jeruk siompu generatif maupun vegetatif memang bisa tumbuh dan berkembang di tempat lain, tetapi buahnya selalu terbukti tak semanis aslinya yang ditanam di Pulau Siompu.
Tidak jarang malah berubah jenis menjadi jeruk nipis untuk sayur. Perubahan gen itu merupakan pengalaman setengah menggelikan penduduk Kadatua, sebuah pulau lebih kecil yang berdekatan dengan Pulau Siompu. Struktur daratan Pulau Kadatua juga persis sama dengan Siompu, terdiri dari susunan batu karang.
Kondisi lahan yang teramat sangat kritis itu menyebabkan tanaman jeruk di Pulau Siompu lambat berbuah. Bila di daerah lain tanaman jeruk mulai belajar berbuah pada umur tiga tahun, tanaman jeruk di Siompu baru mulai berbuah pada umur 7-8 tahun.
Makin langka
Jeruk siompu cukup terkenal sejak dulu, bukan hanya di Sulawesi Tenggara, tapi juga di daerah lain seperti Maluku, Papua, Maumere (Nusa Tenggara Timur), Bitung (Sulawesi Utara), Luwuk (Sulawesi Tengah), Bangka, dan Belitung.
Jeruk siompu bahkan sering diselundupkan ke Singapura oleh para pelaut Buton sendiri. Salah satu keunggulan jeruk ini tidak mudah rusak. Daerah-daerah pemasaran itu dahulu dicapai dengan perahu layar selama beberapa minggu, bahkan berbulan-bulan, tergantung kondisi cuaca. Namun, jeruk yang diangkut tanpa kemasan itu masih tetap segar sampai tujuan.
”Palka perahu mereka hanya dialas dengan daun kelapa sebelum dimuati jeruk,” tutur Pomili Womal (51), Kepala Sekolah Dasar Negeri Tongali, Kecamatan Siompu. Sebelum menjadi guru, Pomili juga pernah menjadi pedagang antarpulau jeruk siompu.
Akan tetapi, kehebatan jeruk siompu kini tinggal cerita. Selama seharian menjelajahi Pulau Siompu, Kompas hanya menemukan populasi tanaman jeruk di Desa Kaimbulawa. Di tempat lain atau di sepanjang jalan yang dilalui—baik dengan sepeda motor maupun berjalan kaki—pohon jeruk yang terkenal itu tidak terlihat. Di beberapa desa yang juga disebut sebagai sentra jeruk, seperti Wakinamboro dan Biwinapada, hanya terlihat satu-dua pohon yang masih kecil di pekarangan penduduk.
Beberapa warga menjelaskan, selama lebih dari 10 tahun terakhir ini tanaman jeruk memang sudah agak langka. Keadaan itu disebabkan gangguan penyakit yang memusnahkan tanaman itu. Akibatnya, banyak warga yang agak lama menunda keinginannya untuk menanam jeruk lagi.
Menurut La Unsuri (68), tokoh petani jeruk dari Desa Kaimbulawa, hampir semua warga Pulau Siompu yang tersebar di delapan desa adalah petani jeruk. ”Tapi itu dulu di zaman saya masih anak-anak,” tutur mantan kepala desa tersebut.
Ia juga mengakui, produksi jeruk siompu memang sering mengalami pasang surut. Ada saatnya produksi melimpah, dan pada masa yang lain merosot. Belakangan ini produksi merosot sangat tajam karena tanamannya dimusnahkan petani untuk memutus serangan penyakit.
Penyakit yang menggasak tanaman jeruk siompu selama ini oleh warga disebut penyakit batang berbusa. Seperti dikatakan Kepala Desa Wakinamboro Kasim (41), penyakit ganas itu sulit diatasi. Dalam waktu singkat, seluruh tanaman jeruk yang terkena akan mati.
Berdasarkan pengalaman petani, tanaman yang mati tidak bisa segera diganti karena dikhawatirkan virus penyakit itu belum lenyap dari sisa-sisa akar tanaman. ”Masa transisi agak lama. Biasa 5-10 tahun kemudian baru warga mau menanam lagi,” tutur Kasim.
Kasim merupakan salah seorang korban penyakit batang berbusa. Seluruh tanamannya mati serentak setelah 10 tahun berbuah. Itu terjadi sekitar 1997. Sejak itu Kasim belum mau menanam karena khawatir penyakit batang berbusa muncul lagi.
Tidak demikian halnya bagi La Dalimu (45), warga Desa Biwinapada. Dalimu yang juga berprofesi sebagai guru SD itu pantang menyerah. Ia mengganti terus tanamannya yang mati akibat penyakit itu. ”Lama-lama ada juga tanaman yang mampu bertahan. Dua tahun lagi saya sudah bisa panen dari sisa tanaman yang mati diserang batang berbusa,” ujarnya.
Bukan satu-satunya
Jeruk siompu yang disebut lemon oleh orang Siompu, bukan satu-satunya sumber penghidupan warga pulau itu. Umumnya mereka tidak membuka kebun khusus untuk tanaman jeruk. Kendati mendatangkan penghasilan besar, jeruk hanya ditanam di lahan pekarangan dengan alasan agar mudah dirawat.
Sektor lain yang menjadi sandaran hidup mereka adalah perikanan dan pelayaran atau merantau. ”Seandainya berkonsentrasi pada perkebunan jeruk boleh jadi tanaman itu berkembang lebih pesat,” ujar Sekretaris Kecamatan Siompu Nurdin.
Soal teknis budidaya sebetulnya menjadi pertimbangan mengapa warga hanya menanam jeruk dengan skala kecil, yakni sebatas lahan pekarangan saja. Tanaman jeruk membutuhkan penyiraman yang cukup, sedangkan sumber air di pulau itu sangat terbatas. Dari persediaan air yang terbatas itu penduduk masih menyisakan untuk mengairi tanamannya di pekarangan.
Pertimbangan lain adalah mendekatkan tanaman dengan pemiliknya. Menurut Dalimu yang berasal dari keluarga petani jeruk, jeruk termasuk tanaman manja yang selalu membutuhkan sentuhan manusia. Salah satu bentuk sentuhan itu adalah mendekatkan tanaman dengan asap dapur rumah tangga.
”Orang Siompu juga beranggapan bahwa asap mengandung karbon dioksida yang dibutuhkan tanaman jeruk. Dengan penanaman di halaman rumah, berarti tanaman itu berpeluang untuk selalu mendapatkan asap dapur,” papar Dalimu.
Namun demikian, Dalimu juga mengemukakan kemungkinannya jeruk siompu bisa berkembang bila ditanam di luar pekarangan. Syaratnya, tanaman itu harus diberi pupuk kandang yang memadai. Tetapi masalahnya, umumnya petani tidak memiliki hewan ternak, seperti kambing, yang cocok dengan kondisi alam Pulau Siompu.
Beberapa petani jeruk yang sampai sekarang masih berjaya di Desa Kaimbulawa memiliki ternak kambing sebagai sumber pupuk kandang. La Unsuri, misalnya, memiliki tiga kambing. Dari lebih kurang 100 pohon jeruk, ayah 14 anak itu memperoleh sekitar Rp 15 juta dari hasil panen yang berakhir Agustus.
Dari kebun Unsuri dan beberapa petani lainnya di Kaimbulawa itulah selalu diambil buah jeruk pilihan untuk dikirim ke Istana Negara pada setiap musim panen. ”Baru-baru ini kami mengirim 40 kilogram ke istana,” tutur Rifai Gunawas dari Subdinas Hortikultura Dinas Perkebunan Sulawesi Tenggara.
Menurut Rifai, jeruk siompu berada di peringkat empat dari hasil Kontes Jeruk Keprok Nasional di Batu, Jawa Timur, Juli lalu. Peringkat pertama dan kedua diraih Jawa Timur, sementara peringkat ketiga oleh jeruk soe dari Nusa Tenggara Timur. ”Itu untuk penampilan. Kalau manisnya, jeruk siompu di peringkat satu,” ujarnya.
Jeruk siompu sebetulnya sangat berpotensi dikembangkan intensif bagi peningkatan perekonomian masyarakat Siompu khususnya dan Kabupaten Buton umumnya. Sayang sekali, pemerintah daerah selama ini belum memberikan perhatian serius bagi pengembangan potensi ekonomi rakyat tersebut. Para petani dibiarkan sendirian menghadapi kendala yang terkait dengan usaha mereka.
Bantuan yang diharapkan warga Siompu antara lain ternak kambing gaduhan. Mereka tidak minta gratis. Ternak itu akan dikembangkan untuk memproduksi pupuk kandang, dan tentu saja dagingnya akan dijual sebagai sumber pendapatan.
”Ketika menghadiri panen jeruk tahun 2003, Pak Bupati menjanjikan bantuan ternak kambing. Tetapi, sampai sekarang kambingnya belum ada. Mungkin mendekati pilkada baru dikasih,” ujar seorang warga menyindir.
Kegiatan penyuluhan juga perlu diaktifkan dalam rangka peningkatan teknis budidaya, terutama menyangkut pemberantasan serta pengendalian hama dan penyakit tanaman jeruk. Bila warga telah menguasai teknis pemberantasan penyakit batang berbusa, misalnya, tanaman tidak harus dimusnahkan yang menyebabkan terputusnya masa produksi yang begitu lama.


 

PULAU SIOMPU TEMPAT WISATA UNIK PULAU SIOMPU TEMPAT WISATA UNIK Reviewed by BUMI ANOA on 12:27 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.