Perkuat Pendidikan Karakter
Foto: dok. pribadi
BELUM lama ini masyarakat kembali digegerkan dengan adanya peristiwa cuci otak yang ditengarai dilakukan oleh jaringan Negara Islam Indonesia (NII). Parahnya, yang menjadi korban kebanyakan masih berstatus sebagai mahasiswa atau pelajar.
Sejumlah mahasiswa di beberapa kampus mengaku pernah mengalami pencucian otak hingga tak sadarkan diri (lupa ingatan). Targetnya bukan saja mahasiswa muslim namun juga mahasiswa nonmuslim. Mulai dari kampus swasta hingga bahkan sampai kampus negeri favorit.
Para mahasiswa yang telah menjadi korban pencucian otak mengaku tak sadarkan diri hingga mau menuruti segala doktrin sesat yang diberikan oleh para perekrut. Bahkan ada yang sampai tega mengatakan kafir kepada orang tua mereka sendiri. Ada pula yang rela menyerahkan sejumlah uang kepada perekrut jaringan sesat itu.
Hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan terkait motif cuci otak yang marak dilakukan oleh jaringan NII. Ada yang menduga motif ekonomi, karena mengeruk dana dari para korbannya. Ada yang menduga motif penanaman ideologi radikalisme oleh jaringan NII yang ingin mendirikan negara Islam di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terlepas dari semua spekulasi yang ada, apa pun alasannya, kasus pencucian otak telah meresahkan masyarakat khususnya kalangan civitas academia kampus. Para orang tua pun menjadi resah gelisah dan dihantui rasa takut atas kondisi anaknya yang kuliah atau belajar di perantauan.
Salah satu solusi untuk menangkal maraknya kasus cuci otak yaitu dengan merevitalisasi pendidikan karakter. Para korban pencucian otak biasanya merupakan generasi muda yang masih labil jiwanya. Maka dari itu melalui revitalisasi pendidikan karakter setiap anak terus diupgrade dengan nilai-nilai moral dan karakter positif sebagai landasan hidupnya.
Untuk memperkuat atau merevitalisasi pendidikan karakter tentu perlu dukungan dan kerjasama seluruh komponen bangsa. Dalam hal ini lembaga pendidikan berperan sebagai motor penggerak yang terus menyerukan dan menyosialisasikan pendidikan karakter. Sekolah maupun kampus harus mengintegrasikan nilai-nilai moral positif dalam setiap mata kuliah.
Guru maupun dosen harus memberikan suri tauladan yang baik kepada para peserta didiknya. Pihak kampus maupun sekolah perlu menggiatkan kegiatan-kegiatan positif untuk menyibukkan para peserta didiknya. Yakni kegiatan-kegiatan yang mampu membangun karakter; seperti Pramuka, OSIS, Rohis, UKM, BEM, dsb. Mari saatnya kita serukan bersama Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa!
Cipto Wardoyo
Mahasiswa Prodi Kebijakan Pendidikan
Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)(//rfa)
Sejumlah mahasiswa di beberapa kampus mengaku pernah mengalami pencucian otak hingga tak sadarkan diri (lupa ingatan). Targetnya bukan saja mahasiswa muslim namun juga mahasiswa nonmuslim. Mulai dari kampus swasta hingga bahkan sampai kampus negeri favorit.
Para mahasiswa yang telah menjadi korban pencucian otak mengaku tak sadarkan diri hingga mau menuruti segala doktrin sesat yang diberikan oleh para perekrut. Bahkan ada yang sampai tega mengatakan kafir kepada orang tua mereka sendiri. Ada pula yang rela menyerahkan sejumlah uang kepada perekrut jaringan sesat itu.
Hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan terkait motif cuci otak yang marak dilakukan oleh jaringan NII. Ada yang menduga motif ekonomi, karena mengeruk dana dari para korbannya. Ada yang menduga motif penanaman ideologi radikalisme oleh jaringan NII yang ingin mendirikan negara Islam di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terlepas dari semua spekulasi yang ada, apa pun alasannya, kasus pencucian otak telah meresahkan masyarakat khususnya kalangan civitas academia kampus. Para orang tua pun menjadi resah gelisah dan dihantui rasa takut atas kondisi anaknya yang kuliah atau belajar di perantauan.
Salah satu solusi untuk menangkal maraknya kasus cuci otak yaitu dengan merevitalisasi pendidikan karakter. Para korban pencucian otak biasanya merupakan generasi muda yang masih labil jiwanya. Maka dari itu melalui revitalisasi pendidikan karakter setiap anak terus diupgrade dengan nilai-nilai moral dan karakter positif sebagai landasan hidupnya.
Untuk memperkuat atau merevitalisasi pendidikan karakter tentu perlu dukungan dan kerjasama seluruh komponen bangsa. Dalam hal ini lembaga pendidikan berperan sebagai motor penggerak yang terus menyerukan dan menyosialisasikan pendidikan karakter. Sekolah maupun kampus harus mengintegrasikan nilai-nilai moral positif dalam setiap mata kuliah.
Guru maupun dosen harus memberikan suri tauladan yang baik kepada para peserta didiknya. Pihak kampus maupun sekolah perlu menggiatkan kegiatan-kegiatan positif untuk menyibukkan para peserta didiknya. Yakni kegiatan-kegiatan yang mampu membangun karakter; seperti Pramuka, OSIS, Rohis, UKM, BEM, dsb. Mari saatnya kita serukan bersama Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa!
Cipto Wardoyo
Mahasiswa Prodi Kebijakan Pendidikan
Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)(//rfa)
Jum'at, 06 Mei 2011 12:09 wib
Perkuat Pendidikan Karakter
Reviewed by BUMI ANOA
on
11:34 PM
Rating:
No comments: