Kamus Online

Suara Bawah Tanah - Mengungkap yang Tidak Terungkap

Revolusi Mesir dan Proyek Timur Tengah Raya

Peta Timur Tengah Raya

Oleh William F Engdahl.
© F. William Engdahl, pengarang buku Full Spectrum Dominance: Totalitarian Democracy in the New World Order *

Perubahan rezim  yang cepat di Tunisia menginspirasi munculnya gerakan protes populer pada 25 Januari menuntut penguasa Mesir Hosni Mubarak untuk turun. Berlawanan dengan kesan hati-hati pemerintah Obama yang seolah mencoba mempertahankan rezim Mubarak, Washington sebenarnya mendalangi demonstrasi anti Mubarak di Mesir serta perubahan rezim di regional itu, mulai dari Suriah, Yaman hingga Yordania, yang terlihat dari luar sebagai "penghancuran kreatif (creative destruction)." 
Cetak biru skenario perubahan rezim rahasia tersebut telah dikembangkan oleh Pentagon, intelijen AS dan berbagai think-tank seperti RAND Corporation selama puluhan tahun, dimulai dengan destabilisasi presiden de Gaulle di Perancis Mei 1968. Ini adalah pertama kalinya sejak perubahan rezim yang didukung AS di Eropa Timur dua dasawarsa lalu, Washington telah memulai kembali operasi serentak di banyak negara dalam suatu wilayah. Ini adalah strategi yang lahir dari sebuah keputusasaan tertentu dan bukan tanpa risiko signifikan bagi Pentagon dan agenda jangka panjang Street Wall. Apa hasilnya bagi rakyat di wilayah tersebut daerah dan bagi dunia, masih belum jelas. 
Namun sementara hasil akhir dari protes jalanan di Kairo dan seluruh Mesir dan dunia Islam masih belum jelas, garis besar strategi rahasia AS sudah bisa kita baca. 
Tidak ada yang dapat membantah keaslian memotivasi jutaan orang untuk turun ke jalan dengan resiko yang membahayakan hidupnya. Tidak ada yang bisa membela kekejaman rezim Mubarak serta penyiksaan dan represi kebebesan berpendapat. Tidak ada yang dapat membantah kenaikan tajam harga bahan makanan seiring dengan permainan  spekulan Chicago dan Wall Street dalm bursa komoditi, dan konversi lahan pertanian di Amerika menjadi lahan budidaya jagung yang menyebabkan kenaikkan harga gandum mencapai puncaknya. Mesir adalah importir gandum terbesar di dunia, sebagian besar dari Amerika Serikat. Harga gandum di Bursa berjangka Chicago naik 74% secara mengejutkan antara Juni dan November 2010, menyebabkan inflasi harga makanan Mesir sekitar 30% meskipun pemerintah telah mensubsidi. 
Apa yang secara luas diabaikan CNN, BBC dan media Barat lainnya tentang peristiwa Mesir adalah kenyataan bahwa apa pun ekses secara domestik, Mesir era Mubarak menggambarkan suatu hambatan besar bagi AS di wilayah itu untuk agenda yang lebih jauh. 
Untuk mengatakan hubungan antara Obama dan Mubarak sejak awal sedingin es, tidaklah berlebihan. Mubarak kukuh menentang kebijakan Obama terhadap Iran dan bagaimana Washington bereaksi terhadap program nuklir Teheran, kebijakan Obama terhadap negara-negara Teluk Persia, Suriah, Lebanon maupun Palestina. Dia adalah duri tangguh dalam agenda Washington yang lebih besar bagi seluruh kawasan, Proyek  Timur Tengah Raya, yang baru-baru terdengar sebagai " Timur Tengah Baru." 
Sebagai faktor nyata yang mendorong jutaan rakyat turun ke jalan-jalan di seluruh Afrika Utara dan Timur Tengah, dan tidak dapat diabaikan pula kenyataan bahwa Washington-lah yang memutuskan waktu dan ketika mereka melihat peluang, mencoba untuk membentuk hasil akhir dari perubahan rezim yang komprehensif dalam destabilisasi seluruh dunia Islam. Ketika demonstrasi besar-besaran yang sangat terkoordinasi dengan baik menuntut Mubarak mundur, anggota kunci komando militer Mesir termasuk Kepala Staf Umum Letjen Sami Hafez Enan tengah berada di Washington sebagai tamu Pentagon, pertemuan yang berhasil menetralkan Angkatan Darat yang sebelumnya menghalangi gerakan anti-Mubarak. 
Strategi tersebut telah tercatat dalam berbagai file Departemen Luar Negeri dan Pentagon setidaknya sejak satu dekade atau lebih. Setelah George W. Bush mengumumkan Perang Melawan Teror tahun 2001,  strategi itu disebut Proyek Timur Tengah Raya. Hari ini dikenal sebagai "Timur Tengah Baru/New Middle East," sebuah istilah yang terdengar lebih halus dan tidak mengancam. Ini adalah strategi untuk mematahkan negara-negara di wilayah mulai dari Maroko hingga Afghanistan, wilayah itu yang didefinisikan oleh David Rockefeller teman Samuel Huntington yang terkenal tentang esai Benturan Peradaban, sebagai New Middle East dalam esainya  di majalah Foreign Affairs. 
Mesir yang Bersinar ?
Skenario Pentagon saat ini bagi Mesir terlihat seperti film Cecil B. DeMille Hollywood yang spektakuler, hanya saja kali ini ada peran jutaan pemuda terlatih aktivis Ikhwanul Muslimin yang memanfaatkan jaringan Twitter, bekerja sama militer Mesir didikan AS. Dalam pemeran utama dari skenario ini tidak lain adalah  pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Mesir yang dengan mudah muncul untuk menarik semua benang oposisi ke dalam apa yang terlihat sebagai transisi mulus menuju Mesir Baru di bawah gerakan yang memproklamirkan diri sebagai revolusi demokrasi liberal. 
Beberapa latar belakang pada para aktor di lapangan sangat berguna sebelum mengkaji apa rencana strategis Washington jangka panjang yang bagi dunia Islam dari Afrika Utara hingga Teluk Persia dan akhirnya ke populasi Islam Asia Tengah, perbatasan Cina dan Rusia .
Revolusi 'Damai' Washington
Protes yang mengarah pada pemecatan mendadak seluruh pemerintahan Mesir oleh Presiden Mubarak terjadi sebagai reaksi atas penerbangan Ben Ali, presiden Tunisia yang terguling ke dalam pengasingan di Saudi, sama sekali bukan hal "spontan" seperti yang dicitrakan atau direkayasa  Obama White House, Clinton Departemen Luar Negeri atau CNN , BBC dan media besar lainnya di Barat. 
Rakyat mesir disusun dalam mode elektronik berteknologi tinggi bergaya Ukraina dengan jaringan internet yang terhubung dengan pemuda-pemuda pengikut Mohammed El Baradei, organisasi rahasia yang terlarang oleh pemerintah Mesir : Ikhwanul Muslimin, yang semuanya memiliki hubungan dengan intelijen Inggris, Amerika dan freemasonry. 
Pada titik ini gerakan anti-Mubarak tampak seperti ancaman bagi pengaruh AS di kawasan itu, padahal sebaliknya. Gerakan anti Mubarak memiliki semua jejak perubahan rezim lain yang dibantu AS sepanjang 2003-2004, seperti Revolusi Warna di Georgia dan Ukraina dan Revolusi Hijau yang gagal terhadap Presiden Ahmedinejad tahun 2009.
Seruan pemogokan umum Mesir dan Hari Kemarahan 25 Januari digerakan sebuah organisasi berbasis Facebook yang menamakan dirinya Gerakan 6 April. Protes yang begitu besar dan terorganisir dengan baik yang memaksa Mubarak untuk meminta kabinetnya untuk mengundurkan diri dan menunjuk wakil presiden baru, Jenderal Omar Suleiman, seorang mantan Menteri Intelijen.
Gerakan 6 April dipimpin oleh Ahmed Maher Ibrahim, seorang insinyur sipil berusia 29 tahun, yang menmanfaatkan situs Facebook untuk menyerukan pemogokan nasional pada tanggal 6 April 2008. 
Menurut laporan New York Times 2009, sekitar 800.000 orang Mesir, kebanyakan pemuda, adalah pengguna Facebook atau Twitter. Dalam sebuah wawancara dengan Carnegie Endowment yang berbasis di Washington, ketua Gerakan 6 April Maher menyatakan, "Gerakan pemuda pertama di Mesir yang menggunakan internet sebagai basis komunikasi seperti Facebook dan Twitter, kami bertujuan untuk mempromosikan demokrasi dengan mendorong keterlibatan publik dalam proses politik." 
Maher juga mengumumkan bahwa Gerakan 6 April bersama dengan  Asosiasi Nasional untuk Perubahan (NAC) bentukan El Baradei, mendukung mantan Direktur Badan Atom Internasional PBB (IAEA) sebagai calon Presiden Mesir, El Baradei. NAC meliputi antara lain George Ishak - pemimpin dalam Gerakan Kefaya, dan Mohamed Saad El-Katatni, presiden blok parlemen dari Ikhwan Muslim yang kontroversial.
Hari ini Kefaya berada di pusat peristiwa penting Mesir yang tengah berlangsung. Di belakang mereka ada Ikhwanul Muslimin yang bersikap “bijaksana dan tidak haus kekuasaan.”
El Baradei pada saat ini sedang diproyeksikan sebagai tokoh sentral dalam perubahan masa depan demokrasi Mesir. Anehnya, meskipun ia tidak tinggal di Mesir selama tiga puluh tahun terakhir, ia tetap memenangkan dukungan dari setiap eksponen politik mulai dari komunis, Ikhwanul Muslimin, kelompok Kefaya hingga dan Gerakan 6 April. Dilihat dari sikap tenang El Baradei dalam wawancaranya dengan CNN, ia kemungkinan mendapat dukungan dari jenderal Mesir terkemuka yang menentang Mubarak serta beberapa orang yang sangat berpengaruh di Washington. 
‘Perang Tanpa Kekerasan’ Ala Kefaya-Pentagon
Kefaya kini berada di jantung mobilisasi demonstrasi rakyat Mesir yang menginginkan u pencalonan kembali El Baradei. Kata Kefaya itu sendiri berarti "cukup!" 
Anehnya, para perencana di Washington National Endowment for Democracy (NED) dan LSM terkait warna revolusi tampaknya telah kehilangan kreatifitas dalam membuat nama baru yang menarik untuk skenario Mesir. Pada bulan November tahun 2003, saat melancarkan Revolusi Bunga Ros di Georgia, LSM yang dibiayai AS memilih jargon kampanye “Kmara!” untuk mengidentifikasi gerakan perubahan rezim berbasis pemuda. Dalam bahasa Georgia, Kmara berarti "cukup!" 
Seperti Kefaya di Mesir, Kmara di Georgia juga dibangun oleh pelatih-pelatih NED dan kelompok lainnya yang dibiayai Washington, bernama Gene Sharp alias Albert Einstein. Lembaga-lembaga yang terlibat perubahan rejim di kedua negara di atas,  menggunakan metode yang Sharp identifikasi sebagai "non-kekerasan sebagai metode peperangan." 
Berbagai jaringan pemuda di Georgia sebagaimana halnya gerakan Kefaya, secara cermat dilatih sebagai jaringan, desentralisasi sel yang longgar, dan sengaja menghindari format organisasi terpusat yang bisa rusak dan stagnan. Pelatihan aktivis dalam teknik-teknik perlawanan non-kekerasan dilakukan pada fasilitas olahraga, sehingga tampak tidak mencurigakan. Aktivis juga diberikan pelatihan pemasaran politik, hubungan dengan media, mobilisasi dan keterampilan merekrut. 
Kefaya adalah nama resmi Gerakan Perubahan di Mesir. Didirikan pada tahun 2004 oleh intelektual Mesir pilihan di rumah Abu'l-Ala Madi, pemimpin partai al-Wasat, partai yang dilaporkan bentukan Ikhwanul Muslimin (IM). Kefaya diciptakan sebagai koalisi yang hanya dipersatukan oleh kepentingan untuk mengakhiri pemerintahan Mubarak. 
Kefaya sebagai bagian dari Gerakan 6 April dikapitalisasi awal dalam situs-situs jejaring sosial baru dan teknologi digital sebagai sarana utama mobilisasi. Secara khusus, blogging politik, posting di youtube dan fotografi yang terampil benar-benar dimanfaatkan sebagai sarana kampanye. Pada reli bulan Desember 2009, Kefaya telah mengumumkan dukungan pencalonan Muhammad El-Baradei untuk pemilu 2011 Mesir. 
RAND dan Kefaya
Tidak ada think-tank pertahanan AS yang telah melakukan studi rinci Kefaya seperti  RAND Corporation. Penelitian Kefaya seperti yang dicatat RAND,  "disponsori oleh Kantor Menteri Pertahanan, Staf Gabungan, Pusat Komando Tempur, Departemen Angkatan Laut, Korps Marinir, lembaga-lembaga pertahanan, dan Komunitas Intelijen pertahanan." Tidak dapat ditemukan sekelompok pria maupun wanita berorientasi demokrasi lebih baik di sana. 
Pada tahun 2008 dalam laporan mereka ke Pentagon, para peneliti RAND mencatat beberapa hal berikut dalam kaitannya dengan gerakan Kefaya Mesir: 
"Amerika Serikat mengaku tertarik pada demokratisasi yang lebih luas di dunia Arab, terutama sejak serangan September 2001 oleh teroris dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Lebanon. Kepentingan ini telah menjadi bagian dari upaya untuk mengurangi kekerasan politik, destabilisasi dan terorisme. Sperti yang dicatat Presiden George W. Bush dalam pidato tahun 2003 untuk National Endowment for Democracy, "Selama Timur Tengah tetap merupakan tempat di mana kebebasan tidak berkembang, itu akan tetap menjadi tempat stagnasi, kebencian, dan siap untuk ekspor kekerasan" (Gedung Putih, 2003). Amerika Serikat telah menggunakan berbagai sarana untuk menanamkan demokratisasi, termasuk dengan intervensi militer yang, meskipun diluncurkan karena alasan lain, akan berwujud pada pembentukan pemerintahan yang demokratis sebagai salah satu tujuan akhir. Namun, gerakan reformasi adat merupakan penempatan terbaik untuk demokratisasi di negara mereka sendiri." 
Para peneliti RAND telah menghabiskan bertahun-tahun menyempurnakan teknik penggantian rezim secara non konvensional dengan samaran "berkerumun," metode mengerahkan massa massa pemuda melalui jaringan digital dalam formasi protes tabrak lari bergerak seperti sekawanan lebah. 
Washington dan LSM-LSM "hak asasi manusia," "demokrasi," dan "non-kekerasan" luar negeri binaannya itu mengawasi, selama dekade terakhir atau lebih telah semakin canggih mengandalkan pengasuhan "spontan" dari gerakan protes adat lokal untuk menciptakan perubahan rezim pro-Washington dan menuju spektrum dominasi global sepenuhnya (Global Full Spectrum Dominance). Seperti yang dinyatakan RAND dalam studi tentang Kefaya dan kesimpulan rekomendasinya ke Pentagon: 
"Pemerintah AS telah mendukung upaya reformasi melalui organisasi seperti US Agency for International Development (USAID) dan United Nations Development Programme (UNDP). Mengingat saat ini bekembang sikap-sikap negatif terhadap Amerika Serikat di wilayah ini, dukungan AS untuk inisiatif reformasi paling baik dilakukan melalui lembaga-lembaga non pemerintah dan nirlaba." 
Penelitian RAND tahun 2008 bahkan lebih konkret membahas tentang masa depan dukungan pemerintah AS untuk Mesir dan gerakan "reformasi": 
 “Pemerintah AS harus mendorong organisasi non-pemerintah dan menawarkan pelatihan kelompok reformis, termasuk pedoman tentang membangun koalisi dan bagaimana menangani perbedaan internal dalam mengejar reformasi demokratis. Lembaga Akademik (atau bahkan organisasi non-pemerintah yang terkait dengan parpol di AS, seperti Institut Republik Internasional atau National Democratic Institute for International Affairs) dapat melakukan pelatihan tersebut, yang akan melengkapi para pemimpin pro reformasi untuk meredam perbedaan-perbedaan diantara mereka secara damai dan demokratis.” 
"Keempat, Amerika Serikat harus membantu kelompok reformis mendapatkan dan menggunakan teknologi informasi, mungkin dengan menawarkan insentif bagi perusahaan-perusahaan AS untuk berinvestasi di bidang infrastruktur komunikasi daerah dan teknologi informasi. Perusahaan teknologi informasi AS juga dapat membantu memastikan bahwa situs Web reformis bisa tetap beroperasi dan bisa berinvestasi dalam teknologi seperti anonymizers yang dapat menawarkan beberapa tempat bersembunyi dari pengawasan pemerintah Mesir. Hal ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi safeguards untuk mencegah rezim menyabotase situs web kelompok reformis." 
Seperti yang dinyatakan dalam monograf Kefaya, pada tahun 2008 semua infrastruktur jaringan teknologi informasi dan komunikasi disiapkan oleh "RAND National Security Research Divisi Alternatif Strategi Initiative, yang disponsori oleh Rapid Reaction Technology di Kantor Wakil Menteri Pertahanan untuk akuisisi, teknologi, dan logistik. 
Untuk menggarisbawahi, insiasi strategi alternatif, termasuk "penelitian tentang penggunaan media kreatif, radikalisasi kaum muda, keterlibatan sipil untuk menghentikan kekerasan sektarian, penyediaan layanan sosial untuk memobilisasi sektor-sektor yang dirugikan, dan alternatif gerakan." 
Pada bulan Mei 2009, sebelum kunjungan Obama Kairo untuk bertemu Mubarak, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengumpulkan sejumlah aktivis muda Mesir di Washington di bawah naungan Freedom House, sebuah  LSM "hak asasi manusia" berbasis di Washington dengan sejarah panjang keterlibatan dalam perubahan rezim yang disponsori AS mulai dari Serbia, Georgia, hingga Ukraina dan Revolusi Warna lainnya. Clinton dan Penjabat Asisten Sekretaris Negara untuk Urusan Timur Dekat Jeffrey Feltman bertemu enam belas aktivis pada akhir sebuah pelatihan selama dua bulan yang diselenggarakan oleh Program Generasi Baru LSM Freedom House. 
Freedom House dan LSM yang didanai Washington untuk proyek pergantian rezim, Nasional Endowment for Democracy (NED) berada di jantung pemberontakan yang kini melanda seluruh dunia Islam. Mereka menyesuaikan dengan konteks geografis dari pernyataan George W. Bush setelah tahun 2001 dengan istilah sebagai Proyek Timur Tengah Raya untuk memaksakan "demokrasi" dan "pasar bebas" kepada negara-negara Islam mulai dari Afghanistan hingga Maroko. Ketika Washington berbicara tentang memperkenalkan "reformasi pasar liberal bebas," kita semua harus waspada dan hati-hati. Ini sedikit lebih dari sekedar membawa sistem ekonomi ketiak sistem dollar dan semua implikasinya. 
Agenda Besar Washington-NED
Jika kita membuat daftar negara-negara di wilayah yang sedang dilanda gerakan protes massa sejak peristiwa Tunisia dan Mesir dan memadukannya ke dalam peta, kita akan menemukan sebuah konvergensi yang hampir sempurna di antara negara-negara yang mengalami kekistruhan politik hari ini dengan peta asli dari Proyek Timur Tengah Raya Washington yang pertama kali “diperkenalkan” selama masa Presiden George W. Bush setelah tragedi 2001. 
Washington NED telah diam-diam terlibat dalam mempersiapkan gelombang destabilisasi rezim di Afrika Utara maupun Timur Tengah sejak invasi militer AS 2001-2003 ke Afghanistan dan Irak. Daftar negara di mana ada aktifitas  NED sangat memperkuat kecenderungan ini, Tunisia, Mesir, Yordania, Kuwait, Libya, Suriah, Yaman, Sudan, dan - yang menarik, Israel. Kebetulan hampir semua negara-negara tersebut hari ini tengah mengalami  pemberontakan "spontan" yang menginginkan pergantian rezim. 
International Republik Institute dan National Democratic Institute for International Affairs disebut dalam dokumen studi RAND untuk Kefaya adalah anak organisasi dari National Endowment  yang berbasis di Washington dan didanai Kongres AS. 
NED adalah lembaga koordinator untuk destabilisasi rezim dan perubahan pemerintahan. Ia telah aktif di Tibet hingga Ukraina, Venezuela hingga Tunisia, dari Kuwait hingga Maroko dalam membentuk kembali dunia setelah runtuhnya Uni Soviet ke dalam apa disebut George HW Bush dalam pidato kemenangan pilpres tahun 1991 di depan Kongres sebagai fajar Tatanan Dunia Baru
Sebagai arsitek dan direktur pertama NED, Allen Weinstein mengatakan kepada Washington Post tahun 1991, "Banyak yang kita lakukan hari ini, telah dilakukan secara terselubung 25 tahun yang lalu oleh CIA"
Dewan NED Direksi mencakup atau mantan Menteri Pertahanan dan Deputi kepala CIA, Frank Carlucci dari Grup Carlyle; pensiunan Jenderal Wesley Clark dari NATO; politisi neo-konservatif “warhawk” Zalmay Khalilzad, yang mengarsiteki invasi George W. Bush ke Afghanistan dan kemudian menjadi duta besar AS untuk Afghanistan serta  wilayah pendudukan Irak. Anggota dewan NED lainnya, Vin Weber, merupakan salah satu pimpinan satuan tugas independen atas Arab Kebijakan Luar Negeri AS terhadap Reformasi di Dunia bersama dengan mantan Menlu AS Madeleine Albright, dan merupakan anggota pendiri dari lembaga think-tank Project for a New American Century dengan Dick Cheney dan Don Rumsfeld, yang menganjurkan pemaksaan perubahan rezim di Irak pada awal 1998. 
Konon, NED adalah lembaga swasta non-pemerintah, yayasan non-profit, tetapi menerima alokasi tahunan untuk proyek internasional dari Kongres AS. NED sangat tergantung pada pembayar pajak AS untuk pendanaan, tetapi karena NED bukan instansi pemerintah, ia tidak tunduk pada pengawasan Kongres. 
Dana NED disalurkan ke negara-negara target melalui empat "yayasan inti" : National Democratic Institute for International Affairs (NDIIA) yang terkait dengan Partai Demokrat; Institut Internasional Republik (IIR) yang terikat dengan Partai Republik; the American Center for International Labor Solidarity terkait dengan AFL- CIO (federasi buruh AS) dan Departemen Luar Negeri AS; Center for International Private Enterprise  (CIPE) terkait dengan US Chamber of Commerce (KADIN-nya Amerika). 
Para analis politik terakhir Barbara Conry mencatat bahwa : "NED telah mengambil keuntungan atas kedudukannya yang luas dan mampu mempengaruhi pemilu asing, suatu kegiatan yang berada di luar ruang lingkup AID atau USIA yang hanya mungkin melalui operasi rahasia CIA. Kegiatan tersebut, mungkin juga perlu diperhatikan, akan ilegal untuk kelompok asing yang beroperasi di Amerika Serikat. " 
Secara signifikan NED merinci berbagai proyek hari ini di negara-negara Islam, termasuk Mesir, di Tunisia, Yaman, Yordania, Aljazair, Maroko, Kuwait, Libanon, Libya, Suriah, Iran, dan Afghanistan. Singkatnya, hampir di setiap negara yang saat ini merasakan gelombang protes reformasi yang  menyapu Timur Tengah dan Afrika Utara, semuanya merupakan target NED. 
Pada tahun 2005 Presiden AS George W. Bush berpidato di NED. Dalam wacana, panjang bertele-tele yang mensejajarkan  kejahatan "radikalisme Islam" dengan komunisme sebagai musuh baru, dan sengaja menggunakan istilah  lebih lembut " Timur Tengah yang lebih luas" untuk istilah Timur Tengah Raya yang membangkitkan banyak kekisruhan di dunia Islam, Bush menyatakan :
"Elemen kelima dari strategi kami dalam perang melawan teror adalah menangkal kaum militan di masa yang akan datang depan mengganti demokrasi dan harapan di Timur Tengah yang lebih luas dengan kebencian atau kemarahan. Ini adalah proyek jangka panjang yang sulit, namun masih ada alternatif untuk itu. Masa depan kita dan masa depan wilayah Timur Tengah saling berkaitan. Jika Timur Tengah secara luas dibiarkan tumbuh dalam kepahitan, jika negara-negara tetap dalam kesengsaraan, sementara kelompok radikal terus menanamkan kebencian, maka bagian dari dunia itu akan menjadi sumber konflik yang berkepanjangan dan berbahaya bagi generasi kita berikutnya. Jika orang-orang di wilayah itu diijinkan memilih nasib mereka sendiri, dan maju dengan sumber daya energi sendiri dan dengan partisipasi mereka sebagai orang bebas, maka kaum ekstrimis akan terpinggirkan, dan arus radikalisme ke seluruh dunia akan melambat dan akhirnya terhenti. Kami mendorong kami teman-teman di Timur Tengah, termasuk Mesir dan Arab Saudi, untuk mengambil jalan reformasi, untuk memperkuat masyarakat mereka sendiri dalam perang melawan teror dengan menghormati hak dan pilihan rakyatnya sendiri. Kita sedang menghadapi para pembangkang dan orang-orang mantan  rezim penindas yang terbuang, karena kita tahu bahwa pembangkang itu akan menjadi pemimpin demokrasi dimasa depan." 
Proyek AS untuk 'Timur Tengah Raya'
Penyebaran operasi pergantian rezim oleh Washington mulai dari Tunisia ke Sudan, dari Yaman ke Mesir hingga Suriah, paling baik dalam melihat konteks strategi Pentagon dan Departemen Luar Negara yang telah berjalan lama di seluruh dunia Islam. 
Uraian kasar strategi Washington, sebagian didasarkan pada kesuksesan operasi mereka dalam menggulingkan sejumlah rezim negara-negara  bekas komunis Eropa Timur anggota Pakta Warsawa, skenario yang disusun oleh mantan konsultan Pentagon dan seorang neo-konservatif, Richard Perle dan kemudian staf Bush, Douglas Feith dalam kertas putih mereka berhasil menempatkan Perdana Menteri Israel baru dari Partai Likud, Benjamin Netanyahu pada tahun 1996. 
Rekomendasi kebijakan yang berjudul A Clean Break: A New Strategy for Securing the Realm, adalah proposal pertama yang lembaga think-tank Washington untuk secara terbuka menyerukan penggulingan Saddam Hussein di Irak, sikap militer yang agresif terhadap rakyat Palestina, menyerang Suriah dan sasaran-sasaran Suriah di Libanon. Kabarnya, pemerintah Netanyahu pada waktu itu menolak proporal Perle-Feith tersebut karena terlalu berisiko. 
Pada saat peristiwa 11 September 2001 dan berkumpulnya kembali politisi neokonservatif di sekitar Perle dan lainnya ke Washington, pemerintahan Bush meletakkan prioritas tertinggi pada proposal Perle-Feith yang diperluas,  dan menyebutnya mereka Proyek Timur Tengah Raya.. 
Di balik topeng gerakan reformasi, dan pergantian rezim otokratik dengan pemerintahan pro demokrasi di seluruh kawasan, Proyek Timur Tengah Raya merupakan cetak biru perluasan kontrol militer AS dan untuk mematahkan ekonomi statis di seluruh negara, dari Maroko hingga ke perbatasan Cina dan Rusia. 
Pada bulan Mei 2009, sebelum puing-puing pemboman AS di Baghdad dibersihkan, Presiden George W. Bush, menyatakan  bahwa kebijakan "menyebarkan demokrasi" di seluruh wilayah itu berarti "pembentukan kawasan perdagangan bebas AS-Timur Tengah dalam satu dekade." 
Sebelum KTT G8 Juni 2004 di Sea Island Georgia, Washington mengeluarkan kertas kerja berjudul " Kemitraan G8-Timur Tengah Raya." Di dalam bagian berjudul Peluang Ekonomi, adalah seruan dramatis Washington untuk "sebuah transformasi ekonomi besar-besaran serupa dengan yang dilakukan oleh negara-negara komunis Eropa Tengah dan Timur sebelumnya." 
Kertas AS mengatakan bahwa kunci mencapai hal itu adalah penguatan sektor swasta sebagai jalan menuju kemakmuran dan demokrasi. Ini sangat menyesatkan, dengan pernyataan dalam mencapai kemakmuran itu akan dilakukan melalui mukjizat keuangan mikro dimana dikatakan, " hanya $100 juta/tahun selama lima tahun akan mengangkat 1,2 juta pengusaha (750.000 dari mereka wanita) keluar dari kemiskinan, melalui pinjaman masing-masing sebesar $ 400." 
Program AS tersebut mencanagkan pengambilalihan lembaga perbankan, perekonomian, dan keuangan regional oleh lembaga-lembaga baru yang seolah-olah  lembaga internasional seperti Bank Dunia dan IMF, tetapi secara de facto dikendalikan oleh Washington, termasuk WTO. Tujuan dari proyek jangka panjang Washington ini adalah sepenuhnya mengendalikan minyak, arus pendapatan minyak, mengendalikan ekonomi seluruh daerah, dari Maroko hingga ke perbatasan Cina. Sebuah proyek yang didorong keberanian dan rasa putus asa. 
Setelah kertas kerja AS dalam KTT G8 itu bocor ditahun 2004 dalam situs berbahasa Arab Al-Hayat, penentangan atas dokumen itu menyebar luas di seluruh wilayah, beserta protes besar definisi AS soal Timur Tengah Raya. Sebuah artikel di Le Monde Diplomatique Perancis pada bulan April 2004 mencatat, "selain negara-negara Arab, proyek itu mencakup Afghanistan, Iran, Pakistan, Turki dan Israel, dimana kesamaannya yaitu mereka berada di zona yang menyimpan permusuhan terkuat dengan AS, kecuali Israel, wilayah-wilayah itu telah menjadi persemaian fundamentalisme Islam dalam bentuk yang sangat anti-Barat." Perlu dicatat bahwa NED juga aktif di Israel dengan sejumlah program.
Terutama pada tahun 2004, penentangan keras dua pemimpin Timur Tengah : Hosni Mubarak dan Raja Arab Saudi yang memaksa kelompot fanatik ideologis di dalam pemerintahan Bush untuk sementara menempatkan Proyek Timur Tengah Raya di atas pemanggang yang menyala-nyala.
Will it work?
Hingga menulis artikel ini, belum jelas bagi saya hasil akhir dari destabilisasi pemerintahan di seluruh dunia Islam yang diinginkan antek-antek AS di Timur Tengah. Tidak jelas apa yang dihasilkan bagi Washington dan para pendukung rejim baru pro New World Order binaan AS. Sejauh ini yang telah jelas adalah agenda menciptakan Timur Tengah Raya di bawah cengkeraman korporasi-korporasi AS sebagai pengendali utama arus modal dan aliran energi dari Cina, Rusia, dan Uni Eropa masa depan yang mungkin suatu hari mereka berpikir untuk menyimpang dari kehendak Amerika.
Ini memiliki potensi implikasi yang sangat besar bagi masa depan Israel juga. Seperti yang dikatakan salah seorang komentator AS, "Perhitungan Israel hari ini bahwa jika 'Mubarak pergi' (yang biasanya dinyatakan dengan 'Jika Amerika memungkinkan Mubarak pergi'), Mesir pun pergi. Jika Tunisia pergi (elaborasi yang sama), Maroko dan Aljazair pun pergi. Turki telah pergi, Suriah hilang (Israel ingin memotong akses Suriah dari air Laut Galilea). Gaza telah diberikan ke Hamas, dan Otoritas Palestina mungkin segera pergi juga (dengan Hamas?). Meninggalkan Israel di tengah-tengah reruntuhan kebijakan dominasi militer di wilayah itu."
Strategi “Penghancuran Kreatif” Washington jelas menyebabkan malam-malam yang tidak pernah tidur di dunia Islam maupun Tel Aviv, dan akhirnya kini mulai melanda Beijing, Moskow, dan seluruh Asia Tengah.
*F. William Engdahl adalah penulis Full Spectrum Dominance: Totalitarian Democracy in the New World. Bukunya yang lain : A Century of War : Anglo-American Oil Politick and the New World Order, baru saja diterbitkan kembali dalam edisi baru. Beliau dapat dihubungi melalui website-nya : http://www.engdahl.oilgeopolitics.net atau www.engdahl.oilgeopolitics.net. 
Endnotes :
·        DEBKA, Mubarak believes a US-backed Egyptian military faction plotted his ouster, February 4, 2011, accessed in HYPERLINK “http://www.debka.com/weekly/480/” www.debka.com/weekly/480/. DEBKA is open about its good ties to Israeli intelligence and security agencies. While its writings must be read with that in mind, certain reports they publish often contain interesting leads for further investigation.
·        Ibid. Ibid.
·        The Center for Grassroots Oversight, 1954-1970: CIA and the Muslim Brotherhood ally to oppose Egyptian President Nasser, HYPERLINK “http://www.historycommons.org/context.jsp?item=
western_support_for_islamic_militancy_202700&scale=0″ www.historycommons.org/context.jsp?item=western_support_for_islamic_militancy_202700&scale=0. According to the late Miles Copeland, a CIA official stationed in Egypt during the Nasser era, the CIA allied with the Muslim Brotherhood which was opposed to Nasser's secular regime as well as his nationalist opposition to brotherhood pan-Islamic ideology.
·        Jijo Jacob, What is Egypt's April 6 Movement?, February 1, 2011, accessed in HYPERLINK “http://www.ibtimes.com/articles/107387/20110201/what-is-egypt-s-april-6-movement.htm” http://www.ibtimes.com/articles/107387/20110201/what-is-egypt-s-april-6-movement.htm
·        Ibid. Ibid.
·        Janine Zacharia, Opposition groups rally around Mohamed ElBaradei, Washington Post
1/AR2011013103470_2.html?sid=ST2011013003319″
, January 31, 2011, accessed in HYPERLINK “http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2011/01/3
·        National Endowment for Democracy, Middle East and North Africa Program Highlights 2009, accessed in HYPERLINK “http://www.ned.org/where-we-work/middle-east-and-northern-africa/middle-east-and-north-africa-highlights” http://www.ned.org/where-we-work/middle-east-and-northern-africa/middle-east-and-north-africa-highlights.
·        Amitabh Pal, Gene Sharp: The Progressive Interview, The Progressive, March 1, 2007.
·        Emmanuel Sivan, Why Radical Muslims Aren't Taking over Governments, Middle East Quarterly, December 1997, pp. 3-9
·        Carnegie Endowment, The Egyptian Movement for Change (Kifaya), accessed in HYPERLINK “http://egyptelections.carnegieendowment.org/2010/09/22/the-egyptian-movement-for-change-kifaya” http://egyptelections.carnegieendowment.org/2010/09/22/the-egyptian-movement-for-change-kifaya
·        Nadia Oweidat, et al, The Kefaya Movement: A Case Study of a Grassroots Reform Initiative, Prepared for the Office of the Secretary of Defense, Santa Monica, Ca., RAND_778.pdf, 2008, p. iv. iv.
·        Ibid. Ibid.
·        For a more detailed discussion of the RAND “swarming” techniques see F. William Engdahl, Full Spectrum Dominance: Totalitarian Democracy in the New World Order, edition.engdahl, 2009, pp. 34-41.
·        Nadia Oweidat et al, op. cit., p. cit., hal 48. 48.
·        Ibid., p. Ibid., P. 50. 50.
·        Ibid., p. Ibid., P. iii. iii.
·        Michel Chossudovsky , The Protest Movement in Egypt: “Dictators” do not Dictate, They Obey Orders, January 29, 2011, accessed in HYPERLINK “http://www.globalresearch.ca/index.php?context=va&aid=22993″ http://www.globalresearch.ca/index.php?context=va&aid=22993
George Herbert Walker Bush, State of the Union Address to Congress, 29 January 1991. In the speech Bush at one point declared in a triumphant air of celebration of the collapse of the Sovoiet Union, “What is at stake is more than one small country, it is a big idea-a new world order…”
Allen Weinstein, quoted in David Ignatius, Openness is the Secret to Democracy, Washington Post National Weekly Edition, 30 September 1991, pp. 24-25.
National Endowment for Democracy, Board of Directors, accessed in HYPERLINK “http://www.ned.org/about/board” http://www.ned.org/about/board
Barbara Conry, Loose Cannon: The National Endowment for Democracy, Cato Foreign Policy Briefing No. 27, November 8, 1993, accessed in HYPERLINK “http://www.cato.org/pubs/fpbriefs/fpb-027.html” http://www.cato.org/pubs/fpbriefs/fpb-027.html.
National Endowment for Democracy, 2009 Annual Report, Middle East and North Africa, accessed in HYPERLINK “http://www.ned.org/publications/annual-reports/2009-annual-report” http://www.ned.org/publications/annual-reports/2009-annual-report. Endowment Nasional untuk Demokrasi, Laporan Tahunan 2009, Timur Tengah dan Afrika Utara, diakses di HYPERLINK "http://www.ned.org/publications/annual-reports/2009-annual-report" http://www.ned.org / publications/annual-reports/2009-annual-report.
George W. Bush, Speech at the National Endowment for Democracy, Washington, DC, October 6, 2005, accessed in HYPERLINK “http://www.presidentialrhetoric.com/speeches/10.06.05.html” http://www.presidentialrhetoric.com/speeches/10.06.05.html. George W. Bush, Pidato di National Endowment for Democracy, Washington, DC, 6 Oktober 2005, diakses di http://www HYPERLINK "http://www.presidentialrhetoric.com/speeches/10.06.05.html". presidentialrhetoric.com/speeches/10.06.05.html.
Richard Perle, Douglas Feith et al, A Clean Break: A New Strategy for Securing the Realm, 1996, Washington and Tel Aviv, The Institute for Advanced Strategic and Political Studies, accessed in HYPERLINK “http://www.iasps.org/strat1.htm” www.iasps.org/strat1.htm Richard Perle, Douglas Feith et al, A Break Bersih: Strategi Baru untuk Mengamankan Realm, 1996, Washington dan Tel Aviv, Institut for Advanced Strategis dan Ilmu Politik, diakses di HYPERLINK "http://www.iasps.org/ strat1.htm "www.iasps.org/strat1.htm
George W. Bush, Remarks by the President in Commencement Address at the University of South Carolina, White House, 9 May 2003. George W. Bush, Sambutan oleh Presiden dalam Alamat Mulai di University of Carolina Selatan, Gedung Putih, 9 Mei 2003.
Gilbert Achcar, Fantasy of a Region that Doesn't Exist: Greater Middle East, the US plan, Le Monde Diplomatique, April 4, 2004, accessed in HYPERLINK “http://mondediplo.com/2004/04/04world” http://mondediplo.com/2004/04/04world Gilbert Achcar, Fantasy Daerah yang Doesn't Exist: Greater Timur Tengah, rencana AS, Le Monde Diplomatique, 4 April 2004, diakses dalam http HYPERLINK "http://mondediplo.com/2004/04/04world": / / mondediplo.com/2004/04/04world
Ibid. Ibid.
William Pfaff, American-Israel Policy Tested by Arab Uprisings, accessed in HYPERLINK “http://www.truthdig.com/report/item/american-israeli_policy_tested_by_arab_uprisings_20110201/” http://www.truthdig.com/report/item/american-israeli_policy_tested_by_arab_uprisings_20110201/ William Pfaff, Amerika-Israel Kebijakan diuji oleh pemberontakan Arab, diakses di HYPERLINK "http://www.truthdig.com/report/item/american-israeli_policy_tested_by_arab_uprisings_20110201/" http://www.truthdig.com/report/item/american -israeli_policy_tested_by_arab_uprisings_20110201 /
Suara Bawah Tanah - Mengungkap yang Tidak Terungkap Suara Bawah Tanah - Mengungkap yang Tidak Terungkap Reviewed by BUMI ANOA on 6:26 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.